Total Tayangan Halaman

Senin, 14 November 2011

SERUNI Usulkan Agar Anggaran TKI Ditambah


Lili Purwani, Ketua Paguyuban Seruni Banyumas saat menemui beberapa pejabat pemerintah untuk menangani kasus TKI

Lili Purwani, Ketua Paguyuban Seruni Banyumas saat menemui beberapa pejabat pemerintah untuk menangani kasus TKI

Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Banyumas, 1 November 2011, mengundang beberapa elemen masyarakat di acara dengar pendapat (Public Hearing). Acara digelar di gedung Paripurna DPRD Kabupaten Banyumas itu cukup menarik bagi kalangan yang diundang.

Diantara elemen masyarakat yang hadir antara lain kalangan akademisi, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Purwokerto dan elemen masyarakat lainnya, termasuk Paguyuban Peduli Buruh Migran dan Perempuan ‘Seruni’ Banyumas.

Dengar pendapat dilaksanakan dalam rangka penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) yang merupakan dokumen perencanaan dan penganggaran untuk melandasi penyusunan APBD berdasarkan Permendagri No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Kebijakan Umum belanja daerah untuk kabupaten Banyumas tahun anggaran 2012 direncanakan sebesar Rp. 1.778.030.245.662,-.

“PDI-P sebagia partai yang terus berkomitmen terhadap rakyat kecil, sangat berharap dari forum public hearing ini, banyak masukan-masukan positif untuk fraksi kami. Sehingga anggaran yang sedikit ini, nantinya bisa bermanfaat dan tepat sasaran.” ungkap Ketua PDI Perjuangan Banyumas, dr. Budhi Setyawan dalam sambutannya.

Fraksi PDI Perjuangan yang beranggotakan 13 orang itu hadir 11 orang, termasuk Juli Krisdiyanto, SE yang merupakan Ketua DPRD kabupaten Banyumas. Pada forum tersebut Paguyuban SERUNI Banyumas sebagai satu-satunya paguyuban Buruh Migran di Banyumas, memberikan masukan, agar anggaran untuk Tenaga Kerja Indonesia ditingkatkan.

“Tahun 2010, TKI asal Banyumas, memberikan kontribusi cukup besar bagi Kabupaten Banyumas, yaitu sebesar 332 milyar rupiah. Artinya melebihi PAD yang berjumlah 148 milyar. Saat ini anggaran untuk TKI dirasa sangat sedikit, hanya 60 juta rupiah, itu pun lebih banyak masuk ke asuransi kematian. Sedangkan untuk penanganan kasus-kasus TKI, hampir-hampir tidak ada. Kami mohon 2012, anggaran untuk TKI Banyumas ditingkatkan.” tutur Lili Purwani, Ketua Paguyuban Peduli Buruh Migran dan Perempuan ‘Seruni’ Banyumas.

Keinginan SERUNI langsung disambut antusias oleh Lulin, sekretaris fraksi PDI-P Banyumas. “Kami siap memeperjuangkan ini.!” tuturnya.

Selesai acara, beberapa anggota fraksi,diantaranya Sardi Susanto dan dr. Budi Setyawan, terlibat perbincangan serius dengan Narsidah, Pegiat Seruni, terkait maraknya TKI Banyumas yang terkena berbagai macam kasus akhir-akhir ini. (SusWoyo)

Mendiskusikan Sosok Bapak dalam Keluarga Migran

Foto Suami TKI di Banyumas saat mengikuti kegiatan Hibah Pemberdayaan Masyarakat UI

Foto Suami TKI di Banyumas saat mengikuti kegiatan Hibah Pemberdayaan Masyarakat UI

BANYUMAS. Tim Hibah Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia (UI) Jakarta mengadakan kegiatan untuk keluarga migran (29-30/11/11). Kegiatan dengan tema “Pemberdayaan untuk Bapak dalam Pengasuhan Anak Keluarga Migran” diselenggarakan di Balai Pertemuan RW 18, Dusun Ciuyah, Desa Cihonje, Kecamatan Gumelar, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Dusun Ciuyah yang dikelilingi hutan pinus milik Perum Perhutani tersebut terletak 60 km arah barat Kota Purwokerto.

Kegiatan yang diikuti oleh 16 orang bapak atau suami TKI yang telah memiliki anak dan sedang ditinggal istrinya bekerja di luar negeri tersebut, cukup menarik perhatian Moch Enoch Markum, guru besar Sosiologi Universitas Indonesia (UI). Professor berusia 74 tahun itu khusus datang bersama istrinya dari Jakarta untuk melihat langsung kehidupan keluarga migran di Dusun Ciuyah.

“Anda adalah laki-laki hebat. Bertahun-tahun ditinggal istri bekerja di luar negeri masih tahan. Dengan kehebatan itulah, saya berharap kegiatan ini bisa menjadikan bapak-bapak lebih sukses dalam menapaki hidup dimasa yang akan datang.” tutur Moch Enoch Markum dalam sambutannya saat membuka acara.

Sebanyak 16 orang suami TKI yang mengikuti acara tersebut merupakan hasil seleksi sangat ketat dari Tita Naovalitha, mahasiswa Psikologi UI yang sedang menempuh program S-2 sekaligus Tim Hibah UI. 16 peserta tersebut adalah suami TKI yang mempunya anak usia 4 sampai 5 tahun dan masih duduk di tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Kegiatan tersebut menyajikan pelbagai materi untuk peserta. Mira K Putri, Psikolog dari Jakarta memaparkan tentang teknik pengasuhan anak. Sesi selanjutnya diisi oleh Yayah Sabariyah, Pegiat Pusat Pengembangan Sumber Daya Wanita (PPSW) Jakarta yang menyampaikan materi tentang menejemen keuangan buruh migran. Tita Naovalitha, mahasiswa magister di UI Jakarta, yang sedang membuat tesis tentang sisi psikologi anak keluarga Migran, di dusun Ciuyah turut mengupas sisi psikologi anak yang ditinggal sang ibu bekerja di luar negeri.

Pada kesempatan yang sama Lili Purwani dari Paguyuban Peduli Buruh Migran dan Perempuan SERUNI Banyumas juga berbagi cerita tentang pengalamannya sebagai buruh migran dan kisah tentang penanganan pelbagai macam kasus yang menimpa TKI.

“Kami sangat berterima kasih kepada tim dari Universitas Indonesia, yang telah mengadakan acara sangat bermanfaat bagi warga kami. Saya berharap dari pemberdayaan ini masih ada kelanjutannya. Tidak berhenti hanya sampai disini.” tutur Kepala Desa Cihonje, Joko Isnuroso, disela-sela acara.

Hari kedua berlangsung sedikit berbeda dengan kehadiran Sudar, Anggota Komisi C Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Banyumas yang turut berbagi dan mendengar pendapat dari peserta.

“Disinilah bapak-bapak bisa curhat apa saja, bisa mengeluh apa saja tentang perasaan seseorang yang ditinggal pergi bekerja oleh istri ke luar negeri. Dan tentunya nanti akan mendapat arahan yang baik dari tim Universitas Indonesia Jakarta” kata Sudar, Anggota Dewan dari Partai Golkar.

Dede Sukendar (37), salah satu peserta yang istrinya sedang bekerja di Taiwan juga sangat mengapresiasi positif kegiatan yang baru pertama kali ini berlangsung di daerahnya.

“Dengan kegiatan ini, kami jadi bisa mengetahui ilmu tentang mengasuh anak yang baik, juga tentang bagaimana kita berbuat positif selama ditinggal bekerja istri di luar negeri. Terus terang saja, sebagai manusia normal, kami sebenarnya mempunyai banyak problem pribadi, yang selama ini bingung untuk kemana diadukan. Kegiatan ini pas untuk kami” kata lelaki yang kesehariannya menjadi tukang ojek ini.

Pada akhir acara 16 orang peserta kegiatan ini berhasil merumuskan visi Kelompok Bersama, yaitu membentuk kelompok yang kuat, dengan kegiatan bermanfaat untuk meraih masa depan yang gemilang. (SusWoyo)